Bagi sebagian wanita, kehamilan justru meningkatkan dorongan seksual, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh. Sementara bagi wanita yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan seksual.
Perbedaan pengaruh terhadap dorongan seksual ini ditentukan oleh sejauh mana perubahan fisik dan psikis yang terjadi selama kehamilan berpengaruh terhadap kesehatan dan fungsi seksual wanita yang hamil tersebut. Selain itu tentu juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku seksual suaminya. Karena terdapat perbedaan dorongan seksual, maka terjadi perbedaan dalam perilaku seksual wanita hamil dan pasangannya.
Sebagian pasangan tidak melakukan hubungan seksual pada usia kehamilan yang cukup lanjut karena gangguan yang timbul akibat perut yang menonjol di samping khawatir terhadap bayi di dalam rahimnya. Tetapi sebagian lain melakukannya dengan posisi tertentu atau melakukan aktivitas seksual lain selain hubungan seksual.
Selama tiga bulan pertama kehamilan, terdapat variasi keluhan dan perilaku seksual di kalangan wanita hamil. Wanita yang mengalami keluhan mual dan muntah hebat, merasakan dorongan seksualnya menurun, yang mengakibatkan berkurangnya frekuensi semua aktivitas seksual. Keadaan ini mudah dipahami karena mual dan muntah yang terjadi selama hamil muda cukup menimbulkan gangguan bagi kesehatan tubuh secara umUm.
Tetapi sebagian wanita, yang tidak diganggu oleh muntah atau keluhan-keluhan lain, justru mengalami peningkatan dorongan seksual. Dengan demikian frekuensi hubungan seksualnya semakin sering. Tentu saja kalau pasangannya bersedia untuk itu. Tetapi kalau pasangannya merasa tidak bergairah karena tidak tertarik kepada istrinya yang mengalami perubahan fisik, tentu frekuensj hubungan seksual menjadi semakin jarang.
Selama tiga bulan kedua kehamilan, 80% wanita hamil merasakan peningkatan dorongan seksual dan reaksi seksualnya yang terekspresi dengan semakin seringnya melakukan hubungan seksual.
Sebaliknya, selama tiga bulan terakhir masa kehamilan, kelelahan terasa meningkat, sehingga dorongan seksual dan reaksi seksual menurun. Akibatnya frekuensi hubungan seksual menjadi sangat berkurang.
Benarkah suami merasa lebih bergairah melakukan hubungan seksual ketika istrinya hamil?
Tidak sedikit pria yang gemar melakukan hubungan seksual ketika pasangannya hamil dalam tiga bulan kedua. Kegemaran ini, boleh jadi disebabkan oleh meningkatnya dorongan seksual pasangannya yang hamil itu sehingga menjadi lebih aktif untuk memulai aktivitas seksual.
Selain itu terjadi peningkatan reaksi seksual pada kehamilan. Memang selama tiga bulan kedua kehamilan, 80% wanita hamil merasakan peningkatan dorongan seksual dan reaksi seksualnya.
Sebab lain, barangkali karena temperatur vagina menjadi lebih hangat pada masa hamil sehingga memberikan rangsangan seksual yang lebih erotik. Peningkatan temperatur vagina disebabkan karena bendungan aliran darah vagina yang terjadi akibat kehamilan.
Akan tetapi mungkin juga hal itu disebabkan oleh faktor psikis, yaitu pria merasa melakukan hubungan seksual dengan istri dalam situasi yang berbeda.
Sebagian suami melakukan hubungan seksual dengan wanita lain selama istrinya hamil. Mengapa?
Sebagian suami mengaku melakukan hubungan seksual dengan wanita lain selama istrinya hamil. Bahkan tidak sedikit yang tertular Penyakit Menular Seksual karena melakukan hubungan seksual tidak sehat.
Ada beberapa alasan yang mendorong suami melakukan hubungan seksual dengan wanita lain selama istrinya hamil antara lain :
Pertama, kehamilan adalah sebuah beban, yang bagi sebagian wanita dirasa sangat berat khususnya kalau disertai dengan beberapa komplikasi, seperti muntah yang berat, kelelahan yang hebat, dan meningkatnya tekanan darah. Keadaan ini tentu menghambat fungsi seksual sehingga cenderung menolak melakukan hubungan seksual. Selama tiga bulan terakhir masa kehamilan, kelelahan terasa meningkat, sehingga dorongan seksual dan reaksi seksual menurun.
Kedua, perubahan bentuk tubuh yang terjadi selama kehamilan mengurangi daya tarik fisik bagi suami, sementara pihak wanita sendiri menduga bahwa bentuk fisiknya dalam keadaan hamil besar, tidak lagi mempunyai pesona seksual bagi suaminya.
Ketiga, timbulnya perasaan takut mengganggu kesehatan istri yang sedang hamil dan bayi di dalam rahim.
Apapun alasannya, kalau suami sampai tertular PMS (Penyakit Menular Seksual), maka istri berisiko tertular juga dan lebih lanjut dapat menimbulkan akibat buruk bagi kehamilan maupun bayi setelah lahir.
Perbedaan pengaruh terhadap dorongan seksual ini ditentukan oleh sejauh mana perubahan fisik dan psikis yang terjadi selama kehamilan berpengaruh terhadap kesehatan dan fungsi seksual wanita yang hamil tersebut. Selain itu tentu juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku seksual suaminya. Karena terdapat perbedaan dorongan seksual, maka terjadi perbedaan dalam perilaku seksual wanita hamil dan pasangannya.
Sebagian pasangan tidak melakukan hubungan seksual pada usia kehamilan yang cukup lanjut karena gangguan yang timbul akibat perut yang menonjol di samping khawatir terhadap bayi di dalam rahimnya. Tetapi sebagian lain melakukannya dengan posisi tertentu atau melakukan aktivitas seksual lain selain hubungan seksual.
Selama tiga bulan pertama kehamilan, terdapat variasi keluhan dan perilaku seksual di kalangan wanita hamil. Wanita yang mengalami keluhan mual dan muntah hebat, merasakan dorongan seksualnya menurun, yang mengakibatkan berkurangnya frekuensi semua aktivitas seksual. Keadaan ini mudah dipahami karena mual dan muntah yang terjadi selama hamil muda cukup menimbulkan gangguan bagi kesehatan tubuh secara umUm.
Tetapi sebagian wanita, yang tidak diganggu oleh muntah atau keluhan-keluhan lain, justru mengalami peningkatan dorongan seksual. Dengan demikian frekuensi hubungan seksualnya semakin sering. Tentu saja kalau pasangannya bersedia untuk itu. Tetapi kalau pasangannya merasa tidak bergairah karena tidak tertarik kepada istrinya yang mengalami perubahan fisik, tentu frekuensj hubungan seksual menjadi semakin jarang.
Selama tiga bulan kedua kehamilan, 80% wanita hamil merasakan peningkatan dorongan seksual dan reaksi seksualnya yang terekspresi dengan semakin seringnya melakukan hubungan seksual.
Sebaliknya, selama tiga bulan terakhir masa kehamilan, kelelahan terasa meningkat, sehingga dorongan seksual dan reaksi seksual menurun. Akibatnya frekuensi hubungan seksual menjadi sangat berkurang.
Benarkah suami merasa lebih bergairah melakukan hubungan seksual ketika istrinya hamil?
Tidak sedikit pria yang gemar melakukan hubungan seksual ketika pasangannya hamil dalam tiga bulan kedua. Kegemaran ini, boleh jadi disebabkan oleh meningkatnya dorongan seksual pasangannya yang hamil itu sehingga menjadi lebih aktif untuk memulai aktivitas seksual.
Selain itu terjadi peningkatan reaksi seksual pada kehamilan. Memang selama tiga bulan kedua kehamilan, 80% wanita hamil merasakan peningkatan dorongan seksual dan reaksi seksualnya.
Sebab lain, barangkali karena temperatur vagina menjadi lebih hangat pada masa hamil sehingga memberikan rangsangan seksual yang lebih erotik. Peningkatan temperatur vagina disebabkan karena bendungan aliran darah vagina yang terjadi akibat kehamilan.
Akan tetapi mungkin juga hal itu disebabkan oleh faktor psikis, yaitu pria merasa melakukan hubungan seksual dengan istri dalam situasi yang berbeda.
Sebagian suami melakukan hubungan seksual dengan wanita lain selama istrinya hamil. Mengapa?
Sebagian suami mengaku melakukan hubungan seksual dengan wanita lain selama istrinya hamil. Bahkan tidak sedikit yang tertular Penyakit Menular Seksual karena melakukan hubungan seksual tidak sehat.
Ada beberapa alasan yang mendorong suami melakukan hubungan seksual dengan wanita lain selama istrinya hamil antara lain :
Pertama, kehamilan adalah sebuah beban, yang bagi sebagian wanita dirasa sangat berat khususnya kalau disertai dengan beberapa komplikasi, seperti muntah yang berat, kelelahan yang hebat, dan meningkatnya tekanan darah. Keadaan ini tentu menghambat fungsi seksual sehingga cenderung menolak melakukan hubungan seksual. Selama tiga bulan terakhir masa kehamilan, kelelahan terasa meningkat, sehingga dorongan seksual dan reaksi seksual menurun.
Kedua, perubahan bentuk tubuh yang terjadi selama kehamilan mengurangi daya tarik fisik bagi suami, sementara pihak wanita sendiri menduga bahwa bentuk fisiknya dalam keadaan hamil besar, tidak lagi mempunyai pesona seksual bagi suaminya.
Ketiga, timbulnya perasaan takut mengganggu kesehatan istri yang sedang hamil dan bayi di dalam rahim.
Apapun alasannya, kalau suami sampai tertular PMS (Penyakit Menular Seksual), maka istri berisiko tertular juga dan lebih lanjut dapat menimbulkan akibat buruk bagi kehamilan maupun bayi setelah lahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar