Kamis, 07 Juni 2012

Ibu hamil wajib test Malaria

Share on :
Secara alami, ibu hamil mengalami anemia. Jika mereka juga terkena malaria, anemia menjadi semakin parah. Hal ini akan mengganggu distribusi nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin sehingga mengganggu pertumbuhan janin ataupun bayi setelah dilahirkan.

”Ibu hamil di daerah endemis malaria, seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur, akan menjalani deteksi dini malaria,” kata Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Kementerian Kesehatan, Rita Kusriastuti, dalam Rapat Kerja Forum Nasional Gebrak Malaria di Jakarta, Jumat (13/4/2012).

Anemia ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam sel darah merah. Kadar hemoglobin perempuan dewasa adalah 12 gram per desiliter (gr/dl). Saat hamil, kadar hemoglobin turun jadi 11 gr/dl. Jika kena malaria, kadar hemoglobin anjlok menjadi 5 gr/dl-7 gr/dl. Padahal, hemoglobin merupakan pembawa oksigen dalam darah.

Jeanne Rini Poespoprodjo dalam tulisan Malaria dalam Kehamilan di buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Volume I Triwulan I 2011 menyebut, malaria pada ibu hamil bisa memicu bayi lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2.500 gram), kelahiran prematur dan kematian perinatal (saat baru lahir). Janin yang terpapar parasit malaria dapat mengalami infeksi sehingga sistem imun termodifikasi dan memengaruhi respons terhadap malaria di usia 1-2 tahun.

Menurut Rita, program deteksi dini malaria akan dikembangkan di Kalimantan dan Sulawesi, tetapi hanya di daerah endemis. Proses deteksi dilakukan dengan tes diagnostik cepat yang hanya perlu waktu 15 menit.

Tes dilakukan pada kehamilan trimester pertama saat ibu hamil memeriksakan diri ke puskemas. Seusai tes, ibu mendapat kelambu berinsektisida guna mengurangi risiko malaria.

Pengobatan malaria pada ibu hamil dilakukan berdasarkan pada usia janin. Pada trimester pertama, ibu diberi kina karena efeknya lebih ringan dibandingkan terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT). ACT diberikan pada trimester kedua dan ketiga. Obat ini harus diminum tiga hari berturut-turut dengan efek mual dan muntah.

Putri Astrid dari Kerajaan Belgia yang hadir dalam acara itu sebagai Perwakilan Khusus Kemitraan Roll Back Malaria berharap penanganan malaria komprehensif membuat ibu melahirkan bayi sehat dan tumbuh tanpa terganggu malaria.

Malaria merupakan penyakit tropis yang masih menjadi ancaman dunia. Di Indonesia, walau secara nasional kasusnya relatif rendah, di wilayah timur kasusnya masih sangat tinggi. Penyakit ini menjadi penyebab kematian tertinggi keenam pada kelompok penyakit menular di Indonesia.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Laporan Malaria Dunia (World Malaria Report) 2011 mencatat, 3,3 miliar penduduk dunia berisiko terkena malaria. Dari jumlah itu, ada 216 juta kasus positif malaria dan 655.000 kematian.

Di Indonesia, tahun 2011 dilaporkan ada 475.508 kasus positif malaria dari 2,38 juta kasus terduga malaria.

Target eliminasi

Dalam target Tujuan Pembangunan Milenium 2015, angka kesakitan malaria per 1.000 penduduk berisiko dalam satu tahun (API) ditargetkan di bawah 1 kasus per 1.000 orang. Tahun 2011, API masih 1,75 kasus per 1.000 orang.

Menurut Tjandra, Indonesia menargetkan bebas malaria tahun 2030. Upaya dilakukan secara bertahap. Pada 2015, ditargetkan Jawa, Aceh, dan Kepulauan Riau bebas dari malaria.

Eliminasi malaria tak mudah. Di Indonesia, upaya pembasmian malaria dilakukan sejak tahun 1959. Namun, hingga kini di Jawa selatan masih ditemukan kasus malaria.

Menurut Rita, pembukaan hutan, galian bekas pertambangan, atau tambak ikan yang ditelantarkan membuat kasus malaria terus berkembang sehingga memicu kematian dan mengurangi produktivitas kerja.

Pengobatan malaria terancam resistensi obat akibat pola minum obat yang salah. Di masa sebelum kemerdekaan, malaria diobati dengan kina. Setelah terjadi resistensi, pemerintah mengganti dengan klorokuin. Kini parasit malaria sudah resisten terhadap klorokuin sehingga diganti dengan ACT.

Di sejumlah negara, penggunaan ACT sudah menghadapi masalah resistensi. Untuk mencegah, distribusi ACT di Indonesia dikendalikan pemerintah, tidak dijual bebas di apotek, seperti klorokuin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar