Rabu, 26 September 2012

Percaya Kaus Kaki dan Celana dari Bambu

Share on :

Dengan langkah santai Marc Peeters menyusuri rumpunan pepohonan bambu di ujung Desa Wringinputih di Kecamatan Borobudur, kemarin pagi. Caranya melihat bambu sangat detail dan berbeda sisi dengan orang kebanyakan.
"Jika tanaman bambu disini ini dibiarkan tumbuh begitu saja, di China dan India, tanaman bambu itu ditanam dengan menggunakan sistem yang terencana dan tidak sembarangan," kata pria asli Belgia tersebut. Karena disiapka dengan baik, hasilnya juga berbanding lurus. "Nilai ekonomis bambu disana sangat tinggi, bambu menjadi bahan utama bangunan," terangnya jelang persiapan Hari Bambu sedunia tingkat jateng dan Yogjakarta di Magelang.

Di dua negara besar dan beberapa negara lain sudah mulai menyusul, bambu sangat dicari. Bambu saat ini sudah menjadi komoditi alternatif yang bisa memberikan manfaat dalam segala aspek kehidupan. "Di Afrika itu bambu sudah bisa menjadi listrik, di negara Eropa bambu juga bisa menjadi bahan baku kompor gas, dan itu sangat mudah," papar pria yang berulang tahu setiap 27 Maret ini.

Menurut dia, bahan baku bambu bisa menjadi produk yang luar biasa, dengan sistem laminasi bambu bisa dimanfaatkan untuk papan maupun balok, bahkan bisa digunakan untuk bahan pembuat kertas. Penanaman bambu dan pemanfaatannya menjadi cara bagi pemerintah di sejumlah negara untuk mengurangi kemiskinan, menghutankan kembali hutan - hutan yang rusak, dan meminimalkan dampak perubahan iklim global.

Dia mengatakan, bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang ideal untuk pemanfaatan yang berkelanjutan baik secara ekonomi dan ekologi serta pelestarian budaya. "Percuma kalau tidak bisa dimanfaatkan," kata dia. Apalagi, Indonesia memiliki hutan bambu yang begitu luas. Nomor tiga di dunia setelah China dan India. Namun dia khawatir populasi bambu akan semakin hilang karena terus ditebang dan tidak pernah ada penanaman.

Marc sepertinya heran di Indonesia bambu dipandang sebelah mata. Bambu hanya dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan saja. Terutama di desa dan belum menyentuh perkotaan. "Sebenarnya kita butuh policy supaya bambu ini bisa benar - benar bermanfaat dan dimanfaatkan," ujar pria dua cucu itu. Dia sendiri awalnya mengaku tidak terlalu mengenal bambu dan seluk - beluknya. Apalagi selama 32 tahun dia bekerja di salah satu provider telekomunikasi ternama di Indonesia.

"Awalnya saya diajak untuk mengikuti kongres bambu sedunia tahun 1985. Sejak itu saya mulai getol mengkampanyekan penanaman bambu dimanapun," tutur dia. Hingga akhirnya dia mulai mengembangkan bibit bambu. Dia memilah dan memilih pohon bambu terbaik kemudian dipotongnya hingga menumbuhkan tunas. "Satu tunas dalam satu tahun bisa menjadi 1,6 juta pohon bambu," katanya. Marc juga telah mengekspor bambu Indonesia ke berbagai negara.

Di Indonesia, Marc mengaku sudah berulang kali mengunjungi beberapa daerah. Dari Jakarta, Flores hingga ke pelosok negeri. Nyatanya ia tidak menemukan bambu dengan nilai ekonomis tinggi. Dia berharap, pemerintah memperhatikan tanaman bambu yang nyata - nyata sangat bermanfaat. Misalkan mendirikan pabrik dengan bahan dasar bambu. "Saya sampai pakai celana dalam dan kaus kaki ini dari bambu, mau lihat?," katanya menawarkan.

Celana dan kaus kaki dari bahan bambu itu dibelinya dari negeri China. "China saja bisa, Indonesia juga bisa. Bahan baku disini melimpah ruah," tutur dia. Dia berharap melalui peringatan Hari Bambu Sedunia ini masyarakat makin sadar akan pentingnya menanam bambu.

Kabid Penelitian dan Pengembangan PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko (TWCBPRB), Jayeng Legowo mendukung peringatan Hari Bambu Sedunia di Borobudur dengan mengadakan seminar dan temu wicara dengan pengusaha bambu pada 18 September 2012. Dia mengatakan, bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Seni Budaya melakukan kegiatan pendampingan kepada masyarakat Wringinputih Kecamatan Borobudur dalam upaya pemberdayaan bambu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar