Dunia menghadapi
bahaya besar berupa krisis pangan dan kelaparan secara
global. Lebih dari satu miliar orang penduduk dunia terancam bahaya kelaparan.
Bahkan, kini setiap lima detik satu warga dunia meninggal akibat kelaparan.
Demikian ungkap Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon. "Lebih dari 17.000 anak akan meninggal akibat kelaparan. Dan setiap lima detik satu orang meninggal karena penyebab yang sama," katanya pada sambutannya di hadapan para delegasi Konfrensi Tingkat (KTT) Ketahanan Pangan di Roma, Italia, Senin 16 November 2009.
Demikian ungkap Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon. "Lebih dari 17.000 anak akan meninggal akibat kelaparan. Dan setiap lima detik satu orang meninggal karena penyebab yang sama," katanya pada sambutannya di hadapan para delegasi Konfrensi Tingkat (KTT) Ketahanan Pangan di Roma, Italia, Senin 16 November 2009.
Ban menekankan kerugian dan besarnya biaya yang diderita umat manusia akibat krisis pangan. Sehingga, diperlukan pendekatan komprehensif dan keterhubungan erat antara ketahanan pangan dan perubahan iklim. "Ketahanan pangan tidak akan tercapai tanpa ketahanan iklim," kata Ban seperti dikutip dari laman PBB.
Lebih lanjut Ban mengatakan dunia membutuhkan pertumbuhan pangan lebih dari 70 persen pada 2050. Namun di saat bersamaan harus berhadapan dengan tantangan berupa iklim akan menjadi lebih ekstrim dan sulit diprediksi. PBB sudah memperkirakan bahwa tahun ini saja, jumlah warga dunia yang menghadapibahaya kelaparan di seluruh muka bumi sudah meningkat menjadi lebih dari satu miliar jiwa.
KTT yang diselenggarakan Badan PBB Urusan Pangan (FAO) itu berlangsung selama tiga hari dan diikuti para pemimpin dari 60 negara. Sebagian besar pemimpin berasal dari negara-negara berkembang dan miskin. Mereka diantaranya Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dari Brazil, dan Muammar Khadafy dari Libya. Paus Benediktus XVI, pemimpin Gereja Katolik Roma, juga hadir dalam KTT itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar