Sukhoi Superjet 100 merupakan pesawat penumpang untuk jarak tempuh menengah yang dirancang sejak 2000. Superjet 100 menjadi pesawat penumpang pertama sejak keruntuhan Uni Soviet dan juga merupakan pesawat sipil pertama buatan Sukhoi yang terkenal dengan jet tempurnya.
Menurut kantor berita RIA Novosti, biro rancang pesawat itu bermitra dengan berbagai pihak asing dalam pengembangan Superjet 100, termasuk Boeing, dimana sejumlah ahlinya turut serta dalam merancang pesawat tersebut.
Sejumlah pihak asing yang juga mengerjakan Superjet 100 a.l. perusahaan asal Italia Finnmeccanica yang menjadi investor terbesar, perusahaan asal Prancis Snecma untuk mesin dan perusahaan Thales untuk perangkat avionik. Selain itu, firma asal Jerman Liebherr turut dalam pengerjaan sistem pengendalian dan sistem penunjang kehidupan pesawat Superjet 100.
Program pesawat ini sempat tertinggal, karena penundaan pengembangan mesin serta sertifikasi. Superjet 100 melakukan terbang perdana pada 2008 dan mendapat sertifikasi untuk beroperasi di Rusia pada 2011 dan di Uni Eropa pada Februari 2012.
Mesin ganda Superjet 100 –yang bisa memuat 100 penumpang– memiliki kecepatan jelajah 828 kilometer per jam dengan jarak jelajah maksimum antara 3.000 hingga 4.500 kilometer dengan muatan penuh, tergantung kapasitas tempat duduk.
Pesawat tersebut dibuat dengan tujuan untuk menggantikan pesawat Tupolev Tu-134 dan Yakovlev Yak-42 dan bersaing dengan pesawat penumpang dari perusahaan asal Brasil Embraer E-Jets dan perusahaan asal Kanada Bombardier CRJ. Pesawat ini menawarkan alternatif yang lebih murah dari pesawat besutan perusahaan Brasil dan Kanada itu. Harga superjet Rusia ini dibanderol US$35 juta per unit.
Pesawat tersebut terjual secara lambat, tetapi berkesinambungan di pasar yang amat berkompetisi, dimana Maskapai Aeroflot asal Rusia mengoperasikan tujuh unit dan maskapai asal Armenia, yaitu Armavia sebanyak satu unit.
Menurut kabar tidak ada satu pun maskapai yang menghentikan pengoperasian Sukhoi Superjet 100 pascaterjadinya kecelakaan pesawat sejenis di Indonesia pada 9 Mei 2012. Sebelum kecelakaan terjadi, Sukhoi mendapat pesanan Superjet 100 sebanyak 100 unit, termasuk dari maskapai Rusia Transaero. Hingga berita diturunkan, belum ada konfirmasi apakah sejumlah konsumen berniat menarik pesanan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar